shutterstock
Ilustrasi obat.
Ilmuwan dari Universitas Airlangga, Surabaya, menemukan pil kontrasepsi untuk pria. Pil yang terbuat dari tanaman gandarusa ini dikatakan 99 persen efektif mencegah kehamilan.
Profesor Bambang Prajogo dari Universitas Airlangga mulai meneliti khasiat tanaman gandarusa sejak 1985. Ketika itu, ia mendengar kabar khasiat herbal tersebut dalam mencegah kehamilan. Sejak 30 tahun silam, ia menelitinya, mengisolasi bahan aktif, dan mengemas herbal tersebut dalam bentuk tablet. Kemudian, ia melakukan uji klinis untuk membuktikan efek anti-kehamilannya.
Menurut Bambang, bahan aktif di dalam gandarusa mengganggu tiga enzim kunci pada sperma dan melemahkan mereka sehingga sperma tak mampu menembus sel telur saat proses fertilisasi. Namun, pil tersebut tidak mengganggu kuantitas ataupun kualitas sperma yang diproduksi karena pil itu hanya mengenai ketiga enzim tersebut.
Profesor Bambang Prajogo dari Universitas Airlangga mulai meneliti khasiat tanaman gandarusa sejak 1985. Ketika itu, ia mendengar kabar khasiat herbal tersebut dalam mencegah kehamilan. Sejak 30 tahun silam, ia menelitinya, mengisolasi bahan aktif, dan mengemas herbal tersebut dalam bentuk tablet. Kemudian, ia melakukan uji klinis untuk membuktikan efek anti-kehamilannya.
Menurut Bambang, bahan aktif di dalam gandarusa mengganggu tiga enzim kunci pada sperma dan melemahkan mereka sehingga sperma tak mampu menembus sel telur saat proses fertilisasi. Namun, pil tersebut tidak mengganggu kuantitas ataupun kualitas sperma yang diproduksi karena pil itu hanya mengenai ketiga enzim tersebut.
Saat ini, ia masih melakukan penelitian mengenai pemberian dosis yang tepat. Ia berharap mendapatkan formula yang memungkinkan pria minum pil kontrasepsi satu jam sebelum berhubungan seks agar tak menimbulkan kehamilan.
Dalam beberapa uji klinis, yang terbesar meliputi penelitian terhadap 350 pria, pil kontrasepsi itu terbukti 99 persen efektif. Uji klinis juga menemukan pria bisa kembali subur hanya dalam sebulan setelah minum pil tersebut. Efek sampingnya, pria mengalami kenaikan berat badan gara-gara pil tersebut.
Pada satu peserta penelitian didapati kenaikan dua enzim yang menyebabkan fungsi jantung dan lever yang buruk. Namun, belum jelas diketahui apakah kedua hal ini disebabkan oleh pil kontrasepsi itu atau ada masalah kesehatan yang lain.
Pada satu peserta penelitian didapati kenaikan dua enzim yang menyebabkan fungsi jantung dan lever yang buruk. Namun, belum jelas diketahui apakah kedua hal ini disebabkan oleh pil kontrasepsi itu atau ada masalah kesehatan yang lain.
Namun, secara keseluruhan, Bambang tak menemukan efek samping lain. "Tak ada efek samping lain yang menandingi pil kontrasepsi berbasis hormon wanita," katanya. Pil kontrasepsi selama ini dikaitkan dengan peningkatan risiko serangan jantung, stroke, dan pembekuan darah, juga perdarahan dan mual.
Hambatan terbesar pil kontrasepsi pria ini justru datang dari para wanita. Wanita cenderung tak memercayai pasangannya untuk mengonsumsi pil seperti ini.
Dalam survei 2011 yang dilakukan Anglia Ruskin University ditemukan separuh dari wanita tak mau menggantungkan diri pada pil kontrasepsi pria. Penyebabnya, mereka tak memercayai pasangan untuk mengonsumsinya.
Saat ini, Badan POM mensyaratkan uji lebih besar untuk memverifikasi penemuan ini. Pengujian tersebut diperlukan agar pil juga dapat dipasarkan ke Eropa dan Amerika Serikat.
Perusahaan-perusahaan farmasi global dikabarkan sudah menunjukkan minat terhadap penemuan pil ini. Bambang mengatakan, ia sudah menolak tawaran dana triliunan dari perusahaan farmasi global yang ingin membeli paten penelitian yang dimiliki oleh Universitas Airlangga tersebut
ConversionConversion EmoticonEmoticon